Pesan Positif Emil Dardak kepada Agen Perubahan

 

Bupati Trenggalek Emil Dardak berpesan agar anak-anak muda tak takut mengambil risiko. Besarnya risiko yang diambil, menurut Emil, sebanding dengan mahakarya yang diciptakan. Ungkapan itu disampaikan Emil kepada para mahasiswa peserta acara EMTEK Goes to Campus yang diselenggarakan di Airlangga Convention Center, Selasa (13/9).

Baca Juga : Pentingnya Perkokoh Rasa Kebinekaan

“Untuk membuat sesuatu yang besar, kita biasanya dihadapkan pada risiko yang besar pula. Tapi, jika kita tidak mengambil risiko, maka tidak ada mahakarya di dunia ini. Anak muda harus berani mengambil risiko untuk menciptakan karya terbaik,” pesan Emil.

Emil mengatakan, anak-anak muda harus terus ilmu menimba sebanyak mungkin pengalaman selagi masih mampu. Pasalnya, tak jarang anak muda yang mengabaikan kesempatan emas karena belum menyiapkan kemampuan sesuai kebutuhan.

“Anak-anak muda harus matang. Persiapkan diri dengan mengikuti organisasi dan matangkan kemampuan diri. Ketika ada kesempatan, maka kita sudah benar-benar siap. Jangan ada kata ‘karena masih muda’ lantas menganggap hal itu (persiapan diri) nggak penting,” tutur Bupati Trenggalek.

Bagi Emil, bangsa Indonesia tengah membutuhkan anak-anak muda yang visioner. Sebab, Indonesia tak bisa menunggu lebih lama lagi untuk menjadi bangsa yang terdepan dalam prestasi dan kesejahteraan.

Prinsip itulah yang kini diterapkan Emil dalam membangun daerah berpenduduk hampir 700ribu. Ia berusaha menepis anggapan bahwa Trenggalek merupakan daerah yang sulit diakses dari kota-kota besar.

“Ada banyak anggapan bahwa Trenggalek adalah daerah yang sulit dibangun. Dari Surabaya jauh, dari Malang juga jauh. Dari Solo juga jauh. Jangan pandang diri kita dari yang terjauh, tetapi paradigma Trenggalek jadi yang terdepan dari sisi selatan itu yang kita gunakan. Maka, kita (Trenggalek) harus paling maju di sana,” pungkas doktor ekonomi termuda lulusan Ritsumeikan Asia Pacific University Jepang ini.

Selama kepemimpinannya yang telah berjalan selama lebih dari 19 bulan di Trenggalek, Emil mengatakan bahwa dirinya telah banyak melakukan perubahan. Didukung partisipasi warganya, Emil bergerak untuk meningkatkan kualitas ruang terbuka hijau dan lingkungan.

Contohnya, mempercantik taman-taman kota dengan bantuan komunitas pemuda, dan pembersihan selokan dengan dukungan ternak ikan lele oleh warga.

Tak berhenti di situ, Bupati Trenggalek itu berupaya menguatkan pariwisata daerah yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia. Menurutnya, majunya industri pariwisata dapat meningkatkan reputasi positif suatu daerah.

“Kita semua, secara bawah sadar, punya pemikiran jika pariwisata berkembang maka citra daerah akan terbentuk dengan positif. Tentu dalam suatu kebijakan ada yang suka dan yang nggak suka. Kita (pemerintah dan kelompok masyarakat) sudah duduk bersama dan sepakat. Sebuah kebijakan bisa berhasil dan nggak berhasil. Tapi, kalau kita memilih jalan aman, kita nggak akan membawa perubahan,” pungkas kepala daerah berusia 33 tahun.
Sumber : http://news.unair.ac.id/2017/09/14/pesan-positif-emil-dardak-kepada-agen-perubahan/

Fakultas Universitas Airlangga

  1. Fakultas Kedokteran UNAIR
  2. Fakultas Kedokteran Gigi UNAIR
  3. Fakultas Hukum UNAIR
  4. Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNAIR
  5. Fakultas Farmasi UNAIR
  6. Fakultas Kedokteran Hewan UNAIR
  7. Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UNAIR
  8. Fakultas Sains dan Teknologi UNAIR
  9. Fakultas Kesehatan Masyarakat UNAIR
  10. Fakultas Psikologi UNAIR
  11. Fakultas Ilmu Budaya UNAIR
  12. Fakultas Keperawatan UNAIR
  13. Fakultas Perikanan dan Kelautan UNAIR
  14. Fakultas Vokasi UNAIR
  15. Sekolah Pasca Sarjana UNAIR

Cari Artikel yang Sesuai dengan Penelitian Anda di :

http://repository.unair.ac.id/

Pentingnya Perkokoh Rasa Kebinekaan

“Pancasila dan NKRI merupakan pilihan terbaik untuk negara, bukan malah dipertentangkan,” itulah pernyataan tegas dari Tokoh Nasional Muhamin Iskandar saat menjadi pengisi kuliah tamu yang bertemakan “Memperkokoh Politik Kebinekaan”.

Acara yang dihadiri oleh kalangan akademisi maupun politisi tersebut dilangsungkan di Aula Soetandyo, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNAIR, Rabu (13/9).  Dihadapan para peserta kuliah umum, Ketua Umum DPP PKByang akrab disapa Cak Imin tersebut kembali menegaskan bahwa akhir-akhir ini ketidakpercayaan terhadap NKRImulai muncul. Baginya, untuk membendung hal tersebut tidak ada pilihan lagi kecuali semua elemen bangsa harus melakukan sosialisasi sekaligus pendidikan karakter.

“Utamanya para tokoh-tokoh berpengaruh harus melakukan hal itu agar kebinekaan bangsa bisa tetap terjaga,” terangnya.

Mantan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi ini juga mengingatkan akan pentingnya memperkokoh politik kebinekaan. Selain itu, ia juga mengajak agar tidak membawa aksi kekerasan yang dilakukan negara lain ke Indonesia. Misalnya kasus kekerasan terhadap umat Islam yang terjadi di Rohingya. Baginya, kasus ini dapat disikapi dengan arif oleh masyarakat Indonesia.

“Kekerasan terhadap umat Islam Rohingya, jangan menjadi bahan perpecahan bangsa kita,” ujarnya.

Selanjutnya, Cak Imin juga mengutarakan peran penting kebinekaan bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Bagi Cak Imin, kebinekaan bangsa merupakan benteng utama untuk memajukan Indonesia.

“Bineka juga merupakan tameng fanatisme keagamaan dan gerakan transnasional yang kerap mengancam pilar kebangsaan negara kita,” terangnya.

Tidak lupa, Cak Imin juga memaparkan bahwa kebinekaan merupakan sunnatullah. Kemajemukan yang dikaruniakan Tuhan bagi bangsa Indonesia sepatutnya menjadi kekuatan bangsa yang besar.

“Kebinekaan adalah sunnatullah. Merusak kebinekaan berarti melawan sunnatullah. Melawan sunnatullah merupakan kezaliman,” paparan indah yang kembali ia tegaskan kepada para peserta kuliah tamu.
Sumber : http://news.unair.ac.id/2017/09/14/pentingnya-perkokoh-rasa-kebinekaan/

Fakultas Universitas Airlangga

  1. Fakultas Kedokteran UNAIR
  2. Fakultas Kedokteran Gigi UNAIR
  3. Fakultas Hukum UNAIR
  4. Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNAIR
  5. Fakultas Farmasi UNAIR
  6. Fakultas Kedokteran Hewan UNAIR
  7. Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UNAIR
  8. Fakultas Sains dan Teknologi UNAIR
  9. Fakultas Kesehatan Masyarakat UNAIR
  10. Fakultas Psikologi UNAIR
  11. Fakultas Ilmu Budaya UNAIR
  12. Fakultas Keperawatan UNAIR
  13. Fakultas Perikanan dan Kelautan UNAIR
  14. Fakultas Vokasi UNAIR
  15. Sekolah Pasca Sarjana UNAIR

Cari Artikel yang Sesuai dengan Penelitian Anda di :

http://repository.unair.ac.id/

Kapolri Imbau Publik Waspadai Penyebaran Terorisme melalui Siber

 

Pesatnya perkembangan teknologi informasi turut memicu menjalarnya kejahatan melalui siber. Salah satu bentuk kejahatan siber yang patut diwaspadai adalah terorisme.

Pernyataan tersebut disampaikan oleh Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Polisi Tito Karnavian dalam acara The 3rd ICoCSPA (International Conference on Contemporary Social and Political Science Affair) “Development and Security in Risk Society”, Kamis (7/9), di Hotel Garden Palace Surabaya.

Baca Juga : Hijabbuket, Kreasi Unik Karya Tiga Calon Bidan

Acara ICoCSPA merupakan kegiatan tahunan para pakar sosial dan politik untuk mendiskusikan fenomena sosial politik dalam kerangka keilmuan dari berbagai penjuru dunia. Di hadapan para peserta ICoCSPA, Tito menerangkan bahwa melalui siber banyak pesan-pesan tersebar, utamanya penyebaran pesan radikalisme.

“Selain itu, siber juga dimanfaatkan sebagai ruang bagi teroris untuk mengkader masyarakat awam untuk menjadi anggota kelompok terorisme,” terang Tito.

Lulusan kampus di Singapura ini menekankan, jaringan terorisme di seluruh belahan dunia bisa ditandingi dengan kuatnya persatuan masyarakat termasuk para akademisi dalam mengatasi paham terorisme.

“Poin utama saya adalah kita harus bersatu membentuk keamanan global untuk menandingi jaringan kejahatan maupun terorisme. Kita harus memperkuat kolaborasi baik di tingkat negara hingga ke desa. Para akademisi juga bisa merekomendasikan kebijakan-kebijakan berdasarkan riset dan teori-teori. Kita (pemerintah) sangat terbuka dengan masukan-masukan itu,” pesan Tito.

Susunan acara ICoCSPA 2017 terdiri dari seminar internasional dan presentasi para peneliti. Selain Tito, ada Gubernur Lembaga Pertahanan Nasional Agus Wijoyo, Prof. Hisae Nakanishi, Ph.D (Universitas Doshisha Jepang), Prof. Dr. Peter Grabosky (Universitas Nasional Australia), Dr. Robbie Pieters (Universitas Sydney Australia), dan Baiq Wardhani, Ph.D (Universitas Airlangga).

Dalam sesi presentasi, para peneliti akan mempresentasikan lebih dari sebanyak 51 naskah makalah penelitian dari para akademisi nasional maupun internasional. Abstrak makalah terpilih akan dipublikasikan oleh penerbit Atlantis yang terindeks ISI.

Subtema makalah antara lain “Human Security and Political Violence”, “Border Management and Governance”, “Food Security and Decentralization”, “Sustainable Development, Policy and Civic Engagement”, dan “Digital Society, Cyber Crime and National Security”.
Sumber : http://news.unair.ac.id/2017/09/07/kapolri-imbau-publik-waspadai-penyebaran-terorisme-melalui-siber/

Fakultas Universitas Airlangga

  1. Fakultas Kedokteran UNAIR
  2. Fakultas Kedokteran Gigi UNAIR
  3. Fakultas Hukum UNAIR
  4. Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNAIR
  5. Fakultas Farmasi UNAIR
  6. Fakultas Kedokteran Hewan UNAIR
  7. Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UNAIR
  8. Fakultas Sains dan Teknologi UNAIR
  9. Fakultas Kesehatan Masyarakat UNAIR
  10. Fakultas Psikologi UNAIR
  11. Fakultas Ilmu Budaya UNAIR
  12. Fakultas Keperawatan UNAIR
  13. Fakultas Perikanan dan Kelautan UNAIR
  14. Fakultas Vokasi UNAIR
  15. Sekolah Pasca Sarjana UNAIR

Cari Artikel yang Sesuai dengan Penelitian Anda di :

http://repository.unair.ac.id/

Hijabbuket, Kreasi Unik Karya Tiga Calon Bidan

Ungkapan rasa sayang kerap kali diekspresikan dengan menghadiahkan sebuket bunga mawar segar. Namun tampaknya, alternatif kado satu ini sudah terlalu mainstream. Di tangan tiga mahasiswa Program Studi S-1 Pendidikan Bidan, Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga, gulungan kain jilbab ternyata dapat dikreasikan menjadi sebuket bunga. Tampilannya pun tak kalah cantik, lucu, serta dijamin awet sepanjang waktu.

Pesona bunga mawar segar memang tiada tandingannya. Sayang, umurnya hanya bertahan beberapa hari, setelah itu layu dan akhirnya terbuang begitu saja. Amadea Zulfiah Azmi, Hilda Izzaty, dan Novi Dwi Ambarsari berkreasi merangkai bunga dari gulungan kain jilbab. Pertimbanganya sederhana, karena mereka ingin menghadirkan alternatif kado yang lebih bermanfaat dan sarat makna.

Ide mengkreasi kain jilbab ini berangkat dari ketidaksengajaan. Mulanya ketiga dara ini sedang mencari alternatif kado unik untuk sahabatnya yang akan diwisuda. Tak lama kemudian tercetus ide untuk mengkreasi kain jilbab.

Belajar dari menyaksikan video tutorial, ketiganya mempraktekkan teknik menggulung-gulung kain jilbab warna-warni, hingga berbentuk menyerupai bunga mawar. Selanjutnya, gulungan jilbab itu disusun dan dibalut dengan florist wrapping. Kreasi unik ini pun mereka sebut dengan istilah hijabbuket.

Tak disangka, kehadiran hijabbuket mendapat respon positif. Tidak hanya dari sahabat, karya mereka juga dengan cepat dikenal halayak.

“Teman-teman ternyata antusias dan mendorong kami untuk mengembangkan bisnis hijabbuket,” ungkap Novi.

Ketiganya lalu sepakat menjalani bisnis dengan membuka pemesanan hijabbuket di tahun 2016, dengan modal patungan sebesar 300 ribu rupiah. Dea, Novi, dan Hilda menamai produknya dengan nama Eluria. Nama tersebut merupakan gabungan dari ketiga nama mereka masing-masing.

Strategi pemasaran dilakukan dengan memanfaatakan media sosial seperti instagram (eluria.id), juga dengan mengikuti kegiatan bazar.

“Strategi promosi paling efektif adalah melalui getuk tular. Dari mulut ke mulut, produk kami lebih cepat dikenal,” ungkap Sari.

Selain merangkai kain jilbab bentuk segi empat, produk Eluria juga merangkai jilbab pasmina berbahan saudia dan kain paris. Harga yang dibandrol pun terbilang ramah di dompet. Harga per buket disesuaikan dengan jenis kain jilbab serta banyak yang tersusun di dalamnya. Berkisar antara Rp 35 ribu rupiah sampai Rp 90 ribu rupiah.

Kini, bisnis hijabbuket mereka kian berkembang. Tidak hanya meladeni pemesan dari lingkup UNAIR, pemesanan Eluria juga merambah hingga luar kota.

“Paling ramai pesanan ketika mendekati wisuda. Di luar itu, pemesan umumnya juga menghadiahkan hijabbuket sebagai alternatif kado ulang tahun, peringatan hari ibu, hingga seserahan,” ungkap Dea.

Selain jilbab, tiga dara ini juga berkreasi menggunakan kain sarung. Tentunya karangan ‘bunga sarung’ ini bisa menjadi alternatif kado untuk kaum adam. Selain dikemas dalam balutan florist wrap, hijabbuket ini juga dikemas ke dalam keranjang mini. Sudah pasti tampilannya semakin menggemaskan.

Pengalaman baru

Dunia bisnis menjadi dunia baru bagi Dea, Novi, maupun Hilda. Ketiga calon bidan ini bahkan tak pernah mengira bakal menjalani bisnis bersama.

“Kami nggak menyangka ternyata masing-masing punya jiwa wirausaha. Semakin digali, ternyata dunia bisnis itu semakin seru untuk dipelajari,” ujar Dea.

Berbisnis memberi mereka banyak pengalaman, termasuk ketika sedang meladeni para kustomer. Bagi mereka, meladeni pemesan yang bermacam-macam karakter sama dengan melatih kesabaran. Apapun permintaannya, yang penting request terpenuhi. Malah dari para pemesan, banyak lahir inspirasi baru untuk semakin menyempurnakan karya.

Selain modal nekad, mereka juga sepakat untuk tetap konsisten dan berani ambil risiko. Melakoni bisnis di tengah kesibukan mereka sebagai mahasiswa, tentu bukan hal yang mudah. Tak jarang mereka harus mengerjakan pesanan disela-sela menyelesaikan tugas akhir.

“Pernah juga garap pesanan sampai tengah malam di kampus. Tak jarang juga nunut di perpustakaan, sampai diusir-usir petugasnya karena perpustakaan sudah tutup,” kenang Dea disambut tawa Novi dan Hilda.

Pengalaman berbeda pernah dialami Dea pada saat harus menyelesaikan sendiri pesanan. “Pernah sampai nangis ngerjain pesanan, karena biasanya yang merangkai buketnya kan Novi atau Hilda. Tapi karena dua-duanya pas lagi sibuk, jadinya saya yang handle. Bisa ndakbisa harus jadi pesanannya, karena harus diantar hari itu juga,” kenang Dea.

Dari kejadian itu, mereka sepakat untuk tidak saling mengandalkan satu sama lain. Dalam berbisnis memang harus profesional, begitupun mereka. Masing-masing mereka wajib menguasai teknik merangkai dan mengemas.

Dea, Novi, dan Hilda merasa bisnis yang mereka jalani saat ini tidak semata-mata untuk kepentingan pribadi. Dari bisnis ini mereka membangun mimpi.

“Dari keuntungan penjualan, kami sisihkan beberapa persen untuk tabungan bersama. Karena kami bermimpi kelak bisa menempuh pendidikan ke luar negeri,” ungkapnya.

Novi, Dea, dan Hilda optimis, bisnis mereka akan berkembang dengan baik, mengingat bisni hijabbuket buatan mereka baru satu-satunya di Surabaya.

Lantas, apa karya mereka tidak takut diplagiat?

“Kami optimis aja, karena rejeki sudah ada yang mengatur. Tinggal pandai-pandainya kami untuk berani berinovasi dan memperkuat ciri khas Eluria,” pungkas Novi. (*)
Sumber : http://news.unair.ac.id/2017/09/08/hijabbuket-kreasi-unik-karya-tiga-calon-bidan/

Fakultas Universitas Airlangga

  1. Fakultas Kedokteran UNAIR
  2. Fakultas Kedokteran Gigi UNAIR
  3. Fakultas Hukum UNAIR
  4. Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNAIR
  5. Fakultas Farmasi UNAIR
  6. Fakultas Kedokteran Hewan UNAIR
  7. Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UNAIR
  8. Fakultas Sains dan Teknologi UNAIR
  9. Fakultas Kesehatan Masyarakat UNAIR
  10. Fakultas Psikologi UNAIR
  11. Fakultas Ilmu Budaya UNAIR
  12. Fakultas Keperawatan UNAIR
  13. Fakultas Perikanan dan Kelautan UNAIR
  14. Fakultas Vokasi UNAIR
  15. Sekolah Pasca Sarjana UNAIR

Cari Artikel yang Sesuai dengan Penelitian Anda di :

http://repository.unair.ac.id/

Dilema Nasib Perkuliahan Si Anak ”Penurut”

 

JUDUL asli dari penulis untuk artikel ini adalah “Nasib Kuliah Siswa SMA”. Istilah siswa SMA bisa berarti jamak, sedangkan yang dimaksud dalam artikel ini adalah “nasib” anak yang terpaksa menjalani kuliah pada jurusan pilihan orang tuanya. Agar lebih tepat pada pokok bahasan maka redaksi melakukan perubahan seperlunya.

Baca Juga : Pintar Berbisnis, Mahasiswa Jadi Penata Rias Hingga Kelola “Rawon Nguling”

Banyak pihak tidak menyadari bahwa tidak semua orang tua tahu keinginan anaknya. Tidak sedikit orang tua yang lebih bisa mengamati keberhasilan orang lain. Lalu membentuk angan-angannya dan “dialamatkan” kepada putera-puterinya. Lahirlah kediktatoran angan-angannya itu kepada mereka (anak-anaknya).

Sungguh miris ketika mendengar seorang anak terpaksa harus mengikuti jalan obsesi yang ”dipahatkan” oleh kedua orang tuanya. Bukan justru mengikuti dan tut wuri handayanikemana sebenarnya perasaan dan arah pikiran berkeinginan buah hatinya.

Kediktatoran orang tua dalam menentukan kehidupan seorang anak tidak hanya dapat dilihat ketika sedang memakaikan baju saat akan pergi ke luar rumah. Ternyata hal demikian juga dapat dilihat bagaimana orang tua menawarkan pilihannya kepada anak-anaknya. Misalnya tawaran seperti ini: Bapak dan Ibu, mau kamu kuliah di jurusan ini” atau “Mau jadi apa kamu?” Dua kalimat tersebut tidak hanya bisa menenggelamkan angan-angan si pemilik hidup, anak-anaknya, tetapi juga mematikan semangatnya.

Seleksi masuk ke perguruan tinggi negeri saat ini sudah selesai. Bahkan saat ini tibalah waktunya para siswa SMA “berperang” melawan keinginan orang tua dalam memilih jurusan yang dikehendakinya (tadi).

Meskipun pada dasarnya SMPTN dan SBMPTN memberlakukan sistem prioritas, kejujuran dalam memilih jurusan kuliah, tetapi tampaknya masih berkedok karena takut tidak lulus serta paksaan orang tua. Sehingga, para lulusan siswa SMA yang hanya mengandalkan kedok tersebut, semata-mata menjadikan urusan kuliah menjadi seperti “gambling”, spekulatif, atau untung-untungan.

Kondisi serupa pernah terjadi pada seseorang yang penulis kenali. Ketika harapannya besar untuk ingin berkuliah sesuai dengan angan-angan di dalam pikirannya, desakan orang tua tiba-tiba membuat angan-angan itu perlahan mulai runtuh.

Tidak sedikit para orang tua di desa mengharapkan putera-puterinya menjadi seorang dokter, atau setidaknya guru. Maklum, para orang tua di desa masih terkungkung dengan pesona mindset ”karir yang visibel”, masih ragu untuk melihat ke cangkupan karir yang lebih luas. Dampaknya, para lulusan SMA malah carut-marut karena ada keraguan atau ingkar janji antara keinginannya dengan kepatuhan terhadap titah orang tuanya.

Penulis ingat dengan salah seorang anak berusia 13 tahun bernama Logan La Plante. Logan adalah salah seorang anak dari segelintir siswa yang memilih untuk menjalani pendidikan versi dirinya, misalnya belajar sejarah lewat drama.

Logan lalu memilih untuk belajar sesuai minat dan bakatnya. Ia tidak mengikuti sistem pendidikan yang orang lain terapkan. Dalam perjalanan studinya, Logan telah mengarungi model pendidikannya sendiri, atau ia menyebutnya sebagai “Hackschooling”. Logan mengakui bahwa dukungan orang tuanya pada apa yang ia yakini menjadi faktor yang menentukan keberhasilannya.

Pada sesi TEDx, Logan mengatakan, ”I didn’t used to write because my teacher wanted me to write about butterfly and rainbow, but I wanted to write about skiing.” Dengan kata lain, ia ingin menyampaikan bahwa jika seseorang memiliki motivasi untuk menjalankan apa yang dia suka, maka ia bisa mencapai kesuksesan tanpa harus didikte orang lain.

Dari kisah Logan di atas, tentu hal demikian bisa mencerminkan kondisi yang berlawanan antara kondisi para siswa SMA di Indonesia, khususnya di kawasan desa. Para siswa sejatinya memiliki fitrah mereka sendiri dalam menjalani pendidikannya, meskipun kontribusi orang tua sebagai pemberi dukungan memegang peranan penting.

Dari ulasan yang saya sampaikan di atas, perlu diketahui oleh para lulusan SMA yang saat ini sedang menuju masa gamang bahwa pilihan jurusan kuliahnya tetap berada di tangan kalian. Jujurlah pada diri kalian sendiri, sehingga kalian tidak akan menyesal ketika sudah masuk ke bangku perkuliahan dengan label jurusan yang entah itu “dipilih” atau “dipilihkan”.
Sumber : http://news.unair.ac.id/2017/09/06/dilema-nasib-perkuliahan-si-anak-penurut/

Fakultas Universitas Airlangga

  1. Fakultas Kedokteran UNAIR
  2. Fakultas Kedokteran Gigi UNAIR
  3. Fakultas Hukum UNAIR
  4. Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNAIR
  5. Fakultas Farmasi UNAIR
  6. Fakultas Kedokteran Hewan UNAIR
  7. Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UNAIR
  8. Fakultas Sains dan Teknologi UNAIR
  9. Fakultas Kesehatan Masyarakat UNAIR
  10. Fakultas Psikologi UNAIR
  11. Fakultas Ilmu Budaya UNAIR
  12. Fakultas Keperawatan UNAIR
  13. Fakultas Perikanan dan Kelautan UNAIR
  14. Fakultas Vokasi UNAIR
  15. Sekolah Pasca Sarjana UNAIR

Cari Artikel yang Sesuai dengan Penelitian Anda di :

http://repository.unair.ac.id/

Pintar Berbisnis, Mahasiswa Jadi Penata Rias Hingga Kelola “Rawon Nguling”

Menyadari masih memiliki usia produktif, Raiza Aulia mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Airlangga gemar mengasah kemampuannya dengan belajar hal-hal baru. Saat ini, selain menjalankan bisnis Make-up Artist (MUA), Raiza ikut mengelola usaha rawon milik kedua orangtuanya.

Sejak duduk di bangku kuliah, Raiza sudah memiliki jiwa bisnis yang kuat. Sedikit demi sedikit ia kumpulkan uang saku yang didapat untuk kursus make-up dan membeli beberapa peralatan make-up.

Dari belajar make-up itulah ia sering mengaplikasikan ilmu ke beberapa teman dekat. Hasilnya, ia jadikan portofolio dan dipamerkan di media sosial. Tak ayal, dari portofolio tersebut kini Raiza sering menerima job make-up untuk wisuda hingga prewedding.

Setelah beberapa kali mendapat upah dari jasa make-up, mahasiswa semester tujuh itu memutar otak untuk mencoba bisnis lain. Ia menggunakan upah dari hasil jasa make-upuntuk menjajal peruntungan dengan berjualan kerudung dan kaos kaki.

“Awalnya kalau promosi ya dari mulut ke mulut, pokoknya teman dekat dulu, lalu media sosial. Yang paling penting adalah niat dan kemauan untuk usaha,” jelasnya.

Dari bisnis jasa make-up dan berjualan kerudung yang ia rintis, Raiza mulai bisa mengatur keuangan sendiri tanpa bergantung pada orang tua.

“Meskipun hasilnya ngga banyak, tapi alhamdulillah bisa beli buat kebutuhan sendiri,” ujarnya.

Ikut kelola “Rawon Nguling”

Selain bisnis jasa MUA dan berjualan, cucu dari pendiri usaha kuliner ternama “Rawon Nguling” ini ikut menjalankan usaha yang kini dijalankan kedua orangtuanya. Meskipun ada kemungkinan ia bakal mewarisi bisnis orangtua, namun tak semata-mata bisnis itu ia jadikan sebagai “sandaran jati” akan kehidupannya mendatang.

“Saya tidak mau hanya karena saya cucu pemilik ‘Rawon Nguling’ lalu saya bisa bermalas-malasan nunggu warisan,” ujarnya sambil tertawa.

Ditanya mengenai keikutsertaan Raiza dalam mengelola bisnis “Rawon Nguling”, ia mengaku bahwa kini dirinya sudah mulai menjajaki proses pengelolaan restoran untuk membuka cabang di Surabaya dan Jawa Timur. Kedua orang tuanya pun mulai mempercayakan beberapa kepentingan restoran kepadanya, mulai marketing, pembayaran pajak restoran, hingga urusan sumber daya manusia.

“Ibu dan ayah saya juga semakin tua, usaha ini pasti menurun untuk saya ataupun kakak saya. Jadi saya harus mulai belajar dari sekarang,” ujar gadis yang lahir di Surabaya 22 tahun yang lalu itu.

Kendati demikian, Raiza tidak menganggap kepercayaan yang diberikan orang tuanya sebagai “warisan”, tetapi lebih kepada bagaimana ia harus bekerja menjaga kualitas dan kepercayaan pelanggan restorannya.

“Saya di sini bukan sebagai cucu sang pemilik, tetapi di sini saya bekerja, saya pesuruh, saya pergi ke pasar membeli bahan-bahan, saya juga ikut masak,” tuturnya.

Ilmu dari perkuliahan

Menjalankan usaha secara bersamaan tak lantas membuat Raiza meninggalkan perkuliahan. Menurut gadis yang juga memiliki hobi bermain piano dan menyanyi itu, ia banyak belajar dan mengaplikasikan ilmu psikologi yang ia dapat di bangku perkuliahan kepada pelanggan. Dari pelanggan inilah ia bisa mengerti karakter-karakter orang dan cara menghadapinya.

Kepada UNAIR News Raiza menuturkan, mengelola beberapa bisnis secara bersamaan tak selalu berjalan mulus. Dari bisnis yang ia jalani, Raiza juga sering mengalami hal-hal buruk seperti merugi dan ditipu oleh pelanggan. Namun hal tersebut tak membuatnya patah semangat untuk melanjutkan usahanya.

“Rugi pernah, ditipu orang juga pernah, dikomplain pelanggan juga sering. Namanya usaha nggak mungkin mulus terus. Tapi dari sana saya bisa belajar untuk lebih baik,” ungkapnya.

Raiza menyadari bahwa apa yang ia lakukan belum sepenuhnya sempurna. Ia masih terus belajar dari orang tua, saudara, dan lingkungan sekitarnya untuk merintis bisnis yang lebih baik. Ia juga berpesan kepada teman-temannya untuk menggunakan waktu muda secara produktif dan mencoba hal baru yang sesuai minat. Sebab menurutnya, passion yang ditekuni dapat menjadi bekal dikemudian hari.

“Meskipun nyoba jualan lalu hasilnya dikit, nggak apa-apa. Selagi masih muda jangan takut gagal, coba aja terus. Gagal coba lagi, gagal coba lagi, pokoknya sampai banyak yang bisa dipelajari nanti dibuat bekal keberhasilan,” ujarnya.
Sumber : http://news.unair.ac.id/2017/09/06/mahasiswa-unair-jadi-penata-rias-dan-kelola-rawon-nguling/

Fakultas Universitas Airlangga

  1. Fakultas Kedokteran UNAIR
  2. Fakultas Kedokteran Gigi UNAIR
  3. Fakultas Hukum UNAIR
  4. Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNAIR
  5. Fakultas Farmasi UNAIR
  6. Fakultas Kedokteran Hewan UNAIR
  7. Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UNAIR
  8. Fakultas Sains dan Teknologi UNAIR
  9. Fakultas Kesehatan Masyarakat UNAIR
  10. Fakultas Psikologi UNAIR
  11. Fakultas Ilmu Budaya UNAIR
  12. Fakultas Keperawatan UNAIR
  13. Fakultas Perikanan dan Kelautan UNAIR
  14. Fakultas Vokasi UNAIR
  15. Sekolah Pasca Sarjana UNAIR

Cari Artikel yang Sesuai dengan Penelitian Anda di :

http://repository.unair.ac.id/

Fakultas Kedokteran Gigi Jalin Kerjasama Riset dan Bioproduk

 

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga melakukan kerjasama dengan PT. Triple Ace Corporation. Penandatangan perjanjian kerjasama penelitian dan pengembangan antar kedua lembaga itu dilakukan oleh Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Dr. R. Darmawan Setijanto, drg., M.Kes. bersama Direktur PT. Triple Ace Corporation Budi Sabini di ruang sidang dekan FKG UNAIR, Kamis (31/8).

Baca Juga : Atasi Karies, Dokter Gigi Muda Bentuk Forum Lintas Sektor

Penandatanganan kerjasama disaksikan oleh 13 Ketua Departemen, 10 KPS dan perwakilan dari PT. Triple Ace Corporation. Dalam sambutannya, Darmawan mengatakan tujuan kolaborasi ini adalah untuk mengembangkan riset dan produk.

“Kerja sama ini juga sebagai salah satu cita-cita fakultas karena selain buku yang dihasilkan dari riset, harus ada produk yang dikembangkan,” ungkapnya.

Senada dengan hal tersebut, Budi Sabini menginginkan dengan adanya proyek kerjasama ini membantunya dalam hal penjelasan atas produk yang dia hasilkan.

“Kami sebagai pengusaha sangat peduli terhadap konsumen sehingga, produk yang kami hasilkan ini sejauh apa, manfaatnya bagi konsumen,” terangnya.

“Semoga menjadi awal yang baik, kerjasama yang baik dan hasil yang baik,” imbuh Direktur PT. Triple Ace Corporation yang juga memproduksi pemutih gigi ini.
Sumber : http://news.unair.ac.id/2017/09/04/fakultas-kedokteran-gigi-jalin-kerjasama-riset-dan-bioproduk/

Fakultas Universitas Airlangga

  1. Fakultas Kedokteran UNAIR
  2. Fakultas Kedokteran Gigi UNAIR
  3. Fakultas Hukum UNAIR
  4. Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNAIR
  5. Fakultas Farmasi UNAIR
  6. Fakultas Kedokteran Hewan UNAIR
  7. Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UNAIR
  8. Fakultas Sains dan Teknologi UNAIR
  9. Fakultas Kesehatan Masyarakat UNAIR
  10. Fakultas Psikologi UNAIR
  11. Fakultas Ilmu Budaya UNAIR
  12. Fakultas Keperawatan UNAIR
  13. Fakultas Perikanan dan Kelautan UNAIR
  14. Fakultas Vokasi UNAIR
  15. Sekolah Pasca Sarjana UNAIR

Cari Artikel yang Sesuai dengan Penelitian Anda di :

http://repository.unair.ac.id/

Atasi Karies, Dokter Gigi Muda Bentuk Forum Lintas Sektor

Pencegahan karies pada gigi anak memerlukan penanganan yang komprehensif. Para mahasiswa bersama pengajar Departemen Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat (IKGM) Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga membentuk Forum Advokasi Lintas Sektor (Forkas) di wilayah kerja Puskesmas Balongsari, Kota Surabaya.

Mengutip hasil riset dan diskusi yang diselenggarakan antara sivitas akademika dengan tenaga medis di Puskesmas Balongsari, sekitar 97 persen siswa sekolah dasar mengalami karies gigi.

“Penyebabnya bermacam-macam mulai perilaku yang salah hingga makanan. Oleh sebab itu diperlukan koordinasi lintas sektor yang erat agar masalah ini bisa ditekan dan dicegah perkembangannya,” ungkap Fevy Liyadi, koordinator tim mahasiswa praktik kuliah lapangan FKG di Balongsari.

Forkas terdiri dari perwakilan Kecamatan Tandes, Kelurahan Balongsari, Kelurahan Karangpoh, dan enam kepala SDN Balongsari, SDN Gadel, SDN Tandes I, SDN Tandes II, Madrasah Ibtidaiyah (MI) Wachid Hasyim, MI Miftahul Huda, perwakilan puskesmas, dan kelompok kerja PKK se-Kelurahan Balongsari.

“Forkas merupakan sistem pantau terhadap aktivitas dokter gigi kecil sebagai penyuluh kesehatan gigi pada teman sebayanya di SD, terhadap aktivitas guru SD yang berperan sebagai kader kesehatan gigi melalui upaya senam kesehatan giginya, dan juga terhadap aktivitas kunjungan pasien anak usia SD di Puskesmas Balongsari,” jelas Rachmad Rifqi Fahreza, salah satu tim mahasiswa PKL FKG UNAIR.

“Atas permintaan Kepala Puskesmas Balongsari pula, diharapkan nanti setelah ada forum ini, pencatatan dan pengawasan terhadap kesehatan gigi di Wilayah Puskesmas Balongsari ini menjadi lebih tertata,” imbuh Rifqi.

Selain pencatatan, program lainnya yang dimiliki Forkas antara lain melatih guru sekolah dan anak-anak sebagai kader kesehatan gigi, meluncurkan buku pintar gigi dan mulut, serta menyikat gigi rutin setiap Sabtu di sekolah.

“Tidak mungkin program kesehatan akan berjalan dengan baik, jika fungsi pengawasannya tidak dirancang dengan sistematis, di sini kami berharap peran lintas sektor yang terdukung baik bisa menjadi pendorong upaya kesehatan gigi di sekolah,” ungkap Fevy yang kini menempuh pendidikan profesi di FKG.

Tim mahasiswa juga menyerahkan buku pintar Kesehatan Gigi dan Mulut kepada pihak puskesmas. Buku pintar berisi tentang petunjuk cara memelihara kesehatan gigi dan mulut, aktivitas menyikat gigi di sekolah hingga pencatatan perawatan yang didapat anak di Puskesmas Balongsari.

Guna mengontrol kinerja tim Forkas, kedua belah pihak menandatangani nota kesepakatan pada Rabu (30/8).

“Ini adalah sebuah bentuk advokasi yang perlu diapresiasi tinggi. Saya ucapkan terima kasih dan selamat berkarya untuk para mahasiswa PKL dan tim lintas sektor ini, saya harap bisa berlangsung secara sustainable (berkelanjutan),” pesan Wakil Dekan II FKG Dr. Agung Sosiawan., drg., M.Kes.
Sumber : http://news.unair.ac.id/2017/09/04/atasi-karies-dokter-gigi-muda-bentuk-forum-lintas-sektor/

Fakultas Universitas Airlangga

  1. Fakultas Kedokteran UNAIR
  2. Fakultas Kedokteran Gigi UNAIR
  3. Fakultas Hukum UNAIR
  4. Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNAIR
  5. Fakultas Farmasi UNAIR
  6. Fakultas Kedokteran Hewan UNAIR
  7. Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UNAIR
  8. Fakultas Sains dan Teknologi UNAIR
  9. Fakultas Kesehatan Masyarakat UNAIR
  10. Fakultas Psikologi UNAIR
  11. Fakultas Ilmu Budaya UNAIR
  12. Fakultas Keperawatan UNAIR
  13. Fakultas Perikanan dan Kelautan UNAIR
  14. Fakultas Vokasi UNAIR
  15. Sekolah Pasca Sarjana UNAIR

Cari Artikel yang Sesuai dengan Penelitian Anda di :

http://repository.unair.ac.id/

BEM KM UNAIR Bagikan Seratus Kilogram Daging Hewan Kurban

 

Berbagi daging sapi dan kambing dalam peringatan Hari Raya Iduladha dilakukan oleh para anggota Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Universitas Airlangga (BEM KM UNAIR).

Di ujung selatan Jawa Timur, tepatnya Blitar, anggota Divisi Pengabdian Masyarakat BEM KM UNAIR melaksanakan giat “Barbequ (Bareng-bareng Berqurban)”. Penyembelihan dan pembagian daging hewan kurban kepada sekitar 125 kepala keluarga di Dusun Ringinsari, Desa Ringinrejo, Kecamatan Jalasutra dilaksanakan pada Sabtu (2/9).

Baca Juga : Idul Adha Momentum untuk Teladani Kisah Nabi Ibrahim

“Kami melaksanakan kurban kambing di warga Dusun Jalasutra, yang biasanya tidak ada hewan kurban sama sekali. Ini digagas pertama kalinya oleh Kementerian Pengabdian Masyarakat BEM UNAIR 2017, dan menjadi sejarah penyembelihan hewan kurban terbanyak semenjak berdirinya Dusun Jalasutra,” tutur Ketua BEM KM UNAIR Anang Fajrul ketika diwawancarai.

Anang mengatakan, dalam acara Barbequ, anggota BEM KM UNAIR mengurbankan lima ekor kambing dan 200 kaleng kornet sapi. Setiap kepala keluarga mendapatkan daging seberat satu kilogram.

“Donaturnya berasal dari Rumah Zakat Surabaya, Jemaah Intelektual Mahasiswa Muslim Fakultas Sains dan Teknologi UNAIR, Masjid Jenderal Sudirman, Masjid Nurul Huda, dan donatur yang tak disebutkan namanya,” imbuh Anang.

Pelaksanaan Barbequ mendapatkan sambutan hangat dari para warga. Ketua rukun warga setempat mengucapkan terima kasih kepada pelaksana acara.

“Alhamdulillah. Saya dan warga berterima kasih banyak kepada Kementerian Pengabdian Masyarakat BEM UNAIR. Di Hari Iduladha, saya dan warga bisa berbagi daging kurban secara rata dan adil. Semoga mahasiswa UNAIR semuanya selalu dilimpahi berkah,” ungkap Jarno selaku ketua rukun warga.

Anang menambahkan, Jalasutra telah menjadi mitra program pengabdian masyarakat BEM KM UNAIR sejak beberapa tahun lalu. Berawal dari kepekaan mahasiswa terhadap kondisi sekitar, pihak BEM KM UNAIR akhirnya memilih berbagi daging hewan kurban di Jalasutra.

“Semoga juga apa yang sudah kami lakukan dapat memberikan manfaat bagi warga Jalasutra,” pungkas Anang yang juga mahasiswa S-1 Ilmu Politik tahun angkatan 2014.

Penulis: Defrina Sukma S
Sumber : http://news.unair.ac.id/2017/09/03/bem-km-unair-bagikan-seratus-kilogram-daging-hewan-kurban/

Fakultas Universitas Airlangga

  1. Fakultas Kedokteran UNAIR
  2. Fakultas Kedokteran Gigi UNAIR
  3. Fakultas Hukum UNAIR
  4. Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNAIR
  5. Fakultas Farmasi UNAIR
  6. Fakultas Kedokteran Hewan UNAIR
  7. Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UNAIR
  8. Fakultas Sains dan Teknologi UNAIR
  9. Fakultas Kesehatan Masyarakat UNAIR
  10. Fakultas Psikologi UNAIR
  11. Fakultas Ilmu Budaya UNAIR
  12. Fakultas Keperawatan UNAIR
  13. Fakultas Perikanan dan Kelautan UNAIR
  14. Fakultas Vokasi UNAIR
  15. Sekolah Pasca Sarjana UNAIR

Cari Artikel yang Sesuai dengan Penelitian Anda di :

http://repository.unair.ac.id/

Idul Adha Momentum untuk Teladani Kisah Nabi Ibrahim

Gema lantunan takbir saling bersahutan di penjuru bumi. Hal ini sebagai pertanda bahwa hari raya Idul Adha yang diperingati setiap tanggal 10 Dzulhijjah dalam penanggalan Islam telah datang.

Bagi umat Islam, momentum Idul Adha memang memiliki pelajaran yang sangat berarti, utamanya pelajaran tentang kecintaan hamba kepada yang Maha Pencipta. Kali ini, UNAIR News berhasil mengikuti ceramah khotbah Idul Adha yang dilakukan di pelataran Masjid Ulul Azmi Kampus C UNAIR, Jumat (1/9).

Hadir sebagai khatib ialah Dr. KH. M. Shodiq, M.Si., dari Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Dalam khotbahnya, Shodiq terlebih dahulu mengajak para jamaah agar meresapi betul makna dari lantunan gema takbir yang terus dikumandangkan.

“Kalau kita meresapi makna Allahu Akbar yang berarti Allah Maha Besar, maka sudah selayaknya bahwa selain Allah adalah kecil. Harta kita, jabatan kita, semuanya itu tidak ada apa-apanya,” jelas Sjodiq.

Selain mengajak untuk meresapi makna agung yang terdapat dalam lantunan takbir, Shodiq juga mengajak para jamaah untuk kembali melihat dan meneladani kisah keluarga Nabi Ibrahim AS.

“Ibadah kurban memang tidak bisa lepas dari kisah Nabi Ibrahim AS bersama keluarganya. Dari kisah keluarga yang selalu taat kepada Allah SWT. ini pulalah syariat ibadah haji dilakukan hingga saat ini,” terang khatib yang juga da’i pengisi acara di beberapa stasiun televisi tersebut.

Suasana Salat Idul Adha dipelataran Masjid Ulul Azmi Kampus C UNAIR. (Foto: Bambang BES)

Selanjutnya, Shodiq juga mengajak kepada para jamaah yang hadir untuk senantiasa mewaspadai tipu daya setan. Pasalnya, Shodiq menekankan bahwa setan selalu berusaha melakuakn tipu daya kepada manusia. Dalam kisah Nabi Ibrahim, tipu daya setan dikisahkan terjadi saat Nabi Ibrahim hendak melakukan perintah Allah untuk menyembelih putra tercintanya, yakni Nabi Ismail.

“Saat hendak melakukan perintah Allah SWT. Nabi Ibrahim digoda agar tidak melakukannya. Lantas dengan tegas dan sembari berdoa Nabi Ibrahim melemparkan sebuah batu ke arah setan. Dan dari peristiwa ini disyariatkanlah prosesi lempar jumrah bagi jamaah haji,” terangnya.

Diakhir khotbah, Shodiq juga tidak lupa mengajak dan megaskan kembali agar sebagai umat yang hidup di akhir zaman, sudah sepatutnya mencontoh dan meneladani kisah keluarga yang taat kepada Allah SWT. yakni keluarga Nabi Ibrahim As.

“Maka kalau ingin selamat contohlah keluarga Nabi Ibrahim AS. Satu keluarga yang kompak melawan setan, kompak menghalau kesesatan, kompak melawan kebatilan, dan kompak menyuarakan kebenaran,” tandasnya.
Sumber : http://news.unair.ac.id/2017/09/01/idul-adha-momentum-untuk-teladani-kisah-nabi-ibrahim/

Fakultas Universitas Airlangga

  1. Fakultas Kedokteran UNAIR
  2. Fakultas Kedokteran Gigi UNAIR
  3. Fakultas Hukum UNAIR
  4. Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNAIR
  5. Fakultas Farmasi UNAIR
  6. Fakultas Kedokteran Hewan UNAIR
  7. Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UNAIR
  8. Fakultas Sains dan Teknologi UNAIR
  9. Fakultas Kesehatan Masyarakat UNAIR
  10. Fakultas Psikologi UNAIR
  11. Fakultas Ilmu Budaya UNAIR
  12. Fakultas Keperawatan UNAIR
  13. Fakultas Perikanan dan Kelautan UNAIR
  14. Fakultas Vokasi UNAIR
  15. Sekolah Pasca Sarjana UNAIR

Cari Artikel yang Sesuai dengan Penelitian Anda di :

http://repository.unair.ac.id/